Fragmentasi Politik Islam Pasca-Pilpres 2024: Dinamika Dukungan Politik NU dan Muhammadiyah
Dinamika Dukungan Politik NU dan Muhammadiyah
Abstract
Pemilihan Presiden 2024 menjadi titik krusial dalam peta politik Islam di Indonesia, di mana organisasi keagamaan seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah kembali menjadi sorotan utama dalam dinamika kontestasi pemilu. Penelitian ini membahas fragmentasi politik Islam pasca-Pilpres 2024, dengan fokus pada peran strategi dua organisasi Islam terbesar tersebut dalam membentuk lanskap sosial-politik nasional. Secara kelembagaan, NU dan Muhammadiyah memang menyatakan netral dalam pemilu, namun kenyataannya menunjukkan tidak adanya keterlibatan aktif para anggotanya dalam partai politik tertentu. Fragmentasi ini ditandai dengan polarisasi ideologi antara kelompok moderat dan konservatif, serta tidak adanya konsolidasi suara Islam dalam struktur kekuasaan nasional. Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan (library study) dengan pendekatan analisis konten dan komparatif-historis untuk memahami dinamika politik Islam kontemporer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fragmentasi menyebabkan melemahnya posisi politik Islam tawar dalam mempengaruhi kebijakan publik, serta membuka ruang bagi kelompok pragmatis dan sekuler untuk mendominasi kekuasaan. Namun demikian, terdapat peluang rekonsolidasi melalui dialog lintas organisasi dan penguatan peran sosial-keagamaan NU dan Muhammadiyah. Kontribusi mereka dalam memperkuat demokrasi, baik melalui pendidikan politik warga maupun peran sebagai penyeimbang kekuasaan, sangat krusial dalam menjaga stabilitas dan inklusivitas demokrasi Indonesia. Studi ini merekomendasikan pendekatan kolaboratif antarorganisasi Islam untuk mengatasi fragmentasi dan membangun basis politik Islam yang progresif dan adaptif terhadap demokrasi modern.