Konseling Untuk Mengatasi Permasalahan Afeksi Antara Anak Keterbatasan Intelektual Dengan Significant Others
Abstract
Anak dengan keterbatasan intelektual memiliki kemampuan intelektual dan sosial yang terbatas sehingga memerlukan afeksi atau kelekatan dengan orang terdekat (significant others). Kurangnya afeksi dapat membuat anak dengan keterbatasan intelektual dapat menunjukkan perilaku bermasalah. Significant others terkadang belum memahami bagaimana memberikan afeksi kepada anak dengan keterbatasan intelektual. Konseling dapat memberikan pemahaman dan insight bagaimana significant others dapat memberikan afeksi kepada anak dengan keterbatasan intelektual. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat efektifitas konseling dalam mengatasi permasalahan afeksi antara anak keterbatasan intelektual dengan significant others. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus untuk menguji efektifitas konseling yang digunakan. Subjek penelitian adalah seorang anak berusia 16 tahun dengan ciri-ciri fisik ras mongolia dan memiliki keterbatasan intelektual berdasarkan asesmen psikologi yang dilakukan. Subjek memiliki perilaku bermasalah seperti selalu datang terlambat ke sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konseling mampu memberikan insight kepada significant others untuk memberikan afeksi kepada subjek penelitian sehingga perilaku bermasalah subjek seperti datang terlambat ke sekolah menurun.
References
Andersen, S.M., Chen, S & Miranda, R. (2002). Significant others and the self. Self and Identity. 1, 159-168
Creswell, J.W. (2010). Research design: pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed. Yogjakarta: PT Pustaka Pelajar
Erford, B. T. (2008). Helping children from changing families (ACAPCD-23). Alexandria, VA: American Counseling Association
Holmes, J. (1993). John Bowlby & Attachment Theory. New York: Routledge
Kumar, V. (2008). Psychological stress and coping strategies of the parents of mentally challenged children. Journal of the Indian Academy of Applied Psychology. 34. 227-231
Lesmana, J.M. (2008). Dasar-dasar Konseling. Jakarta: UI Press
McLeod, J. (2010). Pengatar Konseling: Teori dan Studi Kasus. (pentrj. Tri Wibowo B.S) (3ed) Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Maatta, T., Tervo-Maatta, T., Taanila, A., Kaski, M., Livanainen, M. (2006). Mental health, behavior and intellectual disabilities of people with down syndrome. Down Syndrome Research and Practice. 11, 37-43.
Morisse, F., Vandemaele, E., Claes, C., Claes, L., Vandevelde, S. (2013). Quality of life in persons with intellectual disabilities and mental health problems: an explorative study. The Scientific World Journal. 1-9.
Munthe, I.I & Rahardjo, S.T. (2018). Pemenuhan kebutuhan afeksi pada anak (peningkatan kemandirian dan kepercayaan diri di lembaga kesejahteraan sosial anak-LKSA). Jurnal Pekerjaan Sosial. 1, 119-123.
Neely-Barnes, S.L & Dia, D.A. (2008). Families of children with a disabilities: a review literature and recomendations for interventions. Journal of Early and Intensive Behavior Intervention. 5, 93-107
Oltmanns. T.F & Emery, R.E. (2013). Psikologi Abnormal. (pentrj. Helly Prajitno Soetjipto & Sri Mulyani Soetjipto) (9ed). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Schuengel, C., de Schipper, J.C., Sterkenberg, P.S., Kef. S. (2012). Attachment, Intellectual Disabilities and Mental Health: Research, Assessment and Intervention. Journal of Applied Research in Intellectual Disabilities. 26, 34–46
Strnadova, I & Evabs, D. (2013). Schooling transitions within the lifespan of people with an intellectual disability: perceptions and recomendations of ageing mothers. Australasian Journal of Special Edition. 37. 64-78