Strategi Implementasi Integrasi Keilmuan di Madrasah Aliyah Alkairaat Pusat Palu
Abstract
Gagasan sekaligus gerakan integrasi ilmu agama (Islam) dan ilmu umum pada awalnya berlebel islamisasi ilmu pengetahuan. Gagasan ini pertama kali dimunculkan oleh Sayyed Husein Nasr yang memandang bahwa ada kemung¬kin¬an alternatif Islam bagi sains modern, kemudian disusul oleh Syed Naquib Al-Attas yang menggagas tentang perlunya epistimologi Islam. Selanjutnya diikuti oleh Ismail Raji Al-Faruqi yang menekankan perlunya mengislamkan ilmu-ilmu sosial.
Pada awalnya gagasan islamisasi ilmu pengetahuan di kalangan cendekiawan muslim terjadi pro-kontra. Meski demikian, cendekiawan yang pro dan kontra masing-masing memiliki substansi yang sama, yaitu memiliki keinginan yang sama untuk mewujudkan peradaban yang islami, dan masing-masing mereka tidak menghendaki terpuruknya kondisi umat Islam di tengah perkembangan dan kemajuan iptek yang dikembangkan oleh dunia Barat. Hanya saja dalam operasionalnya pihak yang pro melihat dimensi ilmu pengetahuan yang harus dikaji untuk menemukan landasan filosofis yang islami, sedangkan pihak yang kontra justru melihat bahwa pembawa dan pengembang iptek itu sendirilah yang harus islami.
Copyright (c) 2023 Sagaf S. Pettalongi, Mohamad Arfan Hakim, Sukma Said Aco, Nasrul Nasrul

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License.